Filosofi Lemper


Indonesia mempunyai banyak sekali jajanan tradisional yang unik dan enak pastinya. Bahkan setiap daerah ada ciri khas makanan masing-masing. 
Jumlah jajanan tradisional di Indonesia diperkirakan mencapai 5.300 makanan. Jajanan tradisional Indonesia ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Nusa Tenggara, Pulau Bali, Pulau Maluku, serta Pulau Papua.
Ada dadar gulung, cenil, bika ambon, kue cucur,  nagasari, klepon, kue pancong, kue putu, kue lapis, gethuk, kue lumpur, lemper dan masih banyak lagi. Aku suka banget nyemil jajanan atau kue basah. Salah satu yang aku suka adalah lemper.
Biasanya lemper bisa kita jumpai di pasar, toko kue, suguhan pada pesta pernikahan, khitanan, dan syukuran.

Foto: Sajian Sedap

Buat yang belum tahu, lemper adalah jajanan tradisional yang berbentuk seukuran genggaman tangan dan dibungkus dengan daun pisang sehingga mempunyai aroma khas.
Bahan utama untuk membuat lemper adalah beras ketan yang dimasak menggunakan santan kelapa.

Tak diketahui dengan pasti siapa sebenarnya pencipta jajanan ini. Namun lemper sebenarnya adalah salah satu makanan khas Jawa yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah terdokumentasi dalam Serat Centini dan diterbitkan pada abad ke-18M. Jajanan ini juga dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pada awalnya lemper tidak berisi daging giling ayam, sapi, atau ikan. Tapi awalnya lemper berisikan srundeng atau yang disebut dengan gebingan. 
Sebab saat itu harga daging sangat mahal. Jadi isian lemper dimasukkan ke dalam beras ketan yang telah dimasak, kemudian dipadatkan serta dibungkus dengan daun pisang.

Seiring berjalannya waktu, makanan ini semakin populer. Lemper menggunakan daging sapi, daging ayam, atau daging ikan yang sudah digiling. Agar praktis lemper juga bisa diisi dengan abon. 
Saat ini ada beraneka macam lemper, ada lemper yang dibungkus dengan daun pisang, serta ada pula lemper yang dibungkus menggunakan plastik berwarna hijau menyerupai warna daun pisang.

Lemper juga tidak selalu dikukus, lho. Tapi bisa juga dibakar supaya lebih harum dan digoreng. Walaupun lemper bisa diolah dengan berbagai macam cara, bahan baku lemper tetap beras ketan. 
Kalau di kotaku lemper dijual dengan harga mulai dari 3000 sampai dengan 6000 rupiah. Tergantung besar serta banyaknya isian. Biasanya isi gilingan daging ayam yang gurih serta manis.

Eh, lemper berbeda lho dengan arem-arem. Kadang sebagian orang masih menyangka kalau lemper dan arem-arem adalah makanan yang sama.
Perbedaan utama lemper dan arem-arem yaitu ada pada bahan bakunya. Arem-arem terbuat dari beras putih, sedangkan lemper menggunakan beras ketan untuk bahan bakunya.

Filosofi Lemper

Dok. Malichatun

Tahu gak sih kalau lemper tak hanya sekedar makanan, terapi juga menyimpan nasehat dengan makna yang mendalam.

Filosofi Lemper bagi orang Jawa, nama lemper mempunyai falsafah yang mendasari jajanan ini.
Lemper dari kata 'yen dilem atimu ojo memper'.
Artinya jika disanjung jangan tinggi hati atau sombong.

Lemper memiliki tekstur lengket yang juga melambangkan persaudaraan erat. 
Jajanan lemper yang dihidangkan pada sanak saudara atau tamu yang hadir dalam hajatan dimaksudkan agar tali persaudaraan semakin erat.

Masyarakat Jawa menyakini bahwa lemper juga merupakan lambang rezeki yang akan melekat, sehingga dalam hajatan makanan ini menjadi lambang rezeki yang akan terus berdatangan tanpa henti.



Sumber:
Kompas, IDN Times, Detik, wikipedia


8 komentar:

  1. Jajanan favorit ini, lemper isi daging sapi atau ayam, bukan yang abon kering.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Bun, aku juga suka lemper biasanya yang isi daging ayam giling. Manis gurih gitu :))

      Hapus
  2. Ternyata filosofi lemper erat kaitannya dengan hakikat bersilaturahim, mempererat persaudaraan. Terima kasih infonya

    BalasHapus
  3. Ternyata filosofinya dalem banget ya dari sebuah makanan bernama lemper dan baru tahu juga filosofinya. Saya pun pernah menemani salah satu konsulat Jepang ketika peresmian kantor dan memperkenalkan tumpeng ke beliau, dan kata beliau makanan bisa menjadi cara halus berdiplomasi kalau nggak salah namanya gastrodiplomasi, seperti sushi atau kimchi. :D

    BalasHapus
  4. Suka banget dengan makanan tradisional yang satu ini, paling suka diisi serundeng sih, dulu waktu masih ada ibu mertua suka banget bikin lemper isi serundeng, rasanya enak dan serundengnya juga bikin lemper lebih enak.

    BalasHapus
  5. Kue basah favorit nih selain risoles dan pastel. Pantas saja kalau acara di tempat saya selalu disediakan lemper, ternyata ada makna di balik itu ya

    BalasHapus
  6. Wah makanan kesukaan saya dan baru tahu artinya. Menarik ya, kayaknya setiap makanan Indonesia ada filosofinya. 😍

    BalasHapus
  7. Kalau lemper, sih, primadonanya jajanan tradisional. Soalnya tiap dapat snack box di suatu acara, pasti, deh, selalu ada jajanan basah khas daerah istimewa Yogyakarta ini.

    BalasHapus

* Komentar yang mengandung unsur SARA, provokasi, judi & pornoaksi tidak akan ditampilkan.
Terimakasih sudah memberikan komentar yang baik :)