Mengapa Kunang-kunang Sulit Ditemukan?

Foto Pixabay

Mengapa kunang-kunang saat ini sulit sekali ditemukan? Waktu aku kecil masih sering melihat serangga unik yang mempunyai cahaya sendiri ini. Kelap kelip menghiasi gelapnya malam.
Buat yang belum tahu nih, cahaya kunang-kunang sebenarnya berasal dari perutnya yang merupakan hasil dari reaksi kimia dan disebut bioluminesensi.
Bioluminesensi adalah fenomena ketika makhluk hidup menghasilkan cahaya sendiri melalui reaksi kimia di dalam tubuhnya. Cahaya yang dihasilkan biasanya berwarna biru, hijau, atau kuning.

Kunang-kunang bisa ditemukan di seluruh wilayah di dunia dan tidak bergantung pada iklim tertentu.
Hewan ini diperkirakan ada lebih dari 2.000 spesies yang tersebar di semua daerah.
Sayangnya saat ini keberadaan kunang-kunang semakin sulit ditemukan. Tak hanya di Indonesia namun eksistensi mereka juga semakin langka di dunia.

Bahkan untuk mengungkap hal ini, sebuah penelitian  mengadakan survey 350 anggota Jaringan Internasional Fireflyers mengukur ancaman yang dihadapi kunang-kunang.
Jaringan Internasional Fireflyers adalah organisasi ilmiah pakar dan spesialis kunang-kunang.
Hasilnya para peneliti menemukan beberapa penyebab di balik hilangnya eksisten kunang-kunang.

1. Kehilangan habitat

Ternyata hilangnya habitat telah diidentifikasi sebagai penyebab paling serius serta utama penurunan populasi kunang-kunang di semua benua.
Seperti berubahnya hutan belantara menjadi perkotaan, industri, dan pertanian menjadi masalah khusus bagi kunang-kunang.
Kunang-kunang hanya dapat ditemukan di rawa bakau yang sangat terancam punah yang ditebang untuk perikanan dan pembangunan perkotaan.

2. Polusi Cahaya

Kunang-kunang sangat sulit ditemukan di daerah perkotaan karena adanya pulusi cahaya yang mengganggu proses reproduksi mereka. 
Polusi cahaya dari cahaya buatan seperti  lampu jalan, papan iklan, dan skyglow dapat membuat kunang-kunang kesulitan menemukan pasangan serta mengganggu ritual perkawinan mereka 

3. Polusi Tanah dan Air

Kunang-kunang juga jarang ditemukan di daerah yang terkena polusi air dan tanah, karena polusi dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Polusi air dan tanah bisa merusak habitat kunang-kunang yang bergantung pada lingkungan yang bersih serta sehat. 

4. Penggunaan Pestisida

Penggunaan pestisida dapat menjadi ancaman serius bagi kunang-kunang bertahan hidup.
Penggunaan bahan kimia manusia ini bisa membunuh serangga termasuk kunang-kunang serta mengurangi sumber makanan mereka.

Tahu gak sih, kalau kunang-kunang berperan penting dalam ekosistem sebagai penjaga keseimbangan, polinator alami, dan bioindikator kualitas lingkungan?

Berikut ini adalah peran kunang-kunang dalam ekosistem:

1. Menjaga keseimbangan ekosistem
Larva kunang-kunang memakan siput, bekicot, cacing tanah, dan serangga lain yang berpotensi menjadi hama. Dengan begitu populasi serangga yang menjadi makanannya tetap terkendali. 

2. Polinator alami
Kunang-kunang juga berperan sebagai polinator alami. 
Polinator alami adalah hewan/serangga yang membantu menyebarkan serbuk sari dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Polinator alami ini berperan penting dalam proses penyerbukan tanaman dan keseimbangan ekosistem.

3. Bioindikator kualitas lingkungan
Kunang-kunang dapat menjadi indikator lingkungan yang sehat. 
Bioindikator adalah organisme hidup yang digunakan untuk mengukur kualitas lingkungan. 
Jadi bioindikator ini dapat digunakan untuk mengetahui kesehatan ekosistem, menilai perubahan biogeografis, tingkat pencemaran lingkungan, serta efek kumulatif zat pencemar.

4. Pengendalian hayati
Larva kunang-kunang dapat membantu pengendalian hayati di bidang pertanian dan perkebunan. 
Maksud dari pengendalian hayati adalah sebuah metode pengendalian hama yang menggunakan organisme lain sebagai musuh alami. Pengendalian hayati juga dikenal sebagai biokontrol atau bioproteksi.

Foto Shutterstock

Sebenarnya secara umum kunang-kunang hanya membutuhkan beberapa hal dasar seperti makanan, tempat berteduh, kelembaban, perlindungan dari pestisida, serta malam yang gelap. Dengan mengingat persyaratan ini, kita juga dapat "memelihara" kunang-kunang di halaman, taman, atau area alami di sekitar rumah kita.


* Sumber: Kompas, Kumparan & IDN Times


0 komentar:

Posting Komentar

* Komentar yang mengandung unsur SARA, provokasi, judi & pornoaksi tidak akan ditampilkan.
Terimakasih sudah memberikan komentar yang baik :)