Bubur merah putih pasti sudah tidak asing untuk masyarakat di Indonesia terutama yang ada di Pulau Jawa. Dalam setiap tradisi Jawa, khususnya dalam acara selamatan, bubur merah putih menjadi salah satu sajian yang wajib dihadirkan. Bubur merah putih ini juga sering disebut dengan bubur sengkolo.
Bubur merah putih menggunakan bahan utama beras yang dicampur dengan gula merah atau gula aren. Sementara sebagian lainnya tidak menggunakan campuran gula merah atau gula aren, sehingga tetap berwarna putih.
Tak hanya sekadar sebagai hidangan dalam tradisi, bubur merah putih ternyata mengandung makna dan filosofi sendiri.
Masyarakat Jawa menyebut bahwa bubur merah putih dibuat sebagai simbol untuk menolak bala atau menghindarkan manusia dari kesialan serta keburukan. Jadi tak heran kalau bubur ini kerap disajikan pada acara kelahiran, pernikahan, ulang tahun, musim panen, dan lain sebagainya.
Pada acara tasyakuran, bancakan atau selamatan, bubur merah putih akan disajikan dan dibagikan setelah selesai menghaturkan doa dan harapan. Pembagian bubur merah putih juga bisa disimbolkan sebagai bentuk meningkatkan silaturahmi dan berbagi kebahagiaan serta doa.
Filosofi Bubur Merah Putih
Warna merah dan putih pada bubur ini konon diyakini melambangkan keberanian dan kesucian, layaknya Sang Saka Merah Putih.
Dalam acara kelahiran bayi atau pemberian nama, bubur merah putih sebagai simbol harapan supaya anak kelak tumbuh menjadi pribadi yang berani dan selalu bertindak di jalan yang suci, baik dan benar
Bubur merah putih juga menjadi simbol kasih sayang serta harapan orang tua untuk masa depan sang anak.
Sedangkan mitologi Jawa menyebutkan bahwa bubur putih merupakan simbol bibit dari ayah, sedangkan bubur merah merupakan simbol bibit dari ibu. Saat disatukan dalam satu wadah, maka ada simbol penyatuan dan hadirnya manusia baru.
Pembagian bubur merah putih kepada tetangga dan keluarga sekitar juga menunjukkan semangat berbagi rezeki serta kebahagiaan kepada sesama, dalam moment sakral seperti upacara puputan tali pusar bayi.
Berikut ini adalah beberapa makna yang terkandung dalam tradisi bubur merah putih:
• Doa dan Harapan
Saat bubur merah putih disajikan dalam acara seperti puputan tali pusat bayi, ini tak hanya sebagai makanan ritual tetapi juga sebagai doa dari orang tua.
Warna merah melambangkan doa agar ibu selalu memaafkan kesalahan anak, sementara warna putih melambangkan doa agar orang tua selalu memberi restu dan perlindungan kepada anak.
• Perpaduan Dua Unsur
Merah dan putih melambangkan persatuan, kesatuan, dan keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, maskulin dan feminin, serta duniawi dan spiritual.
• Berbagi dan Kesejahteraan
Pembagian bubur merah putih kepada keluarga dan tetangga terdekat saat acara puputan menjadi simbol berbagi kebahagiaan dan rejeki.
Resep Bubur Merah Putih
Bahan-bahan:
• 5 gelas beras
• 5 lembar pandan
• 3 santan instan + (500 ml air)
• 4 lt air
• 350 gr gula merah
• 150 gula putih (sesuai selera)
• 1 sdm garam
Cara membuat:
• Rendam beras selama kurang lebih 3 jam.
• Siapkan santan dengan mencampurkan 500 ml air dan 1 lembar daun pandan. Didihkan santan bersama air dan daun pandan.
• Masukkan beras dan masak hingga mendidih sambil sesekali diaduk.
Kemudian tutup panci, kecilkan api, dan biarkan selama sekitar 30 menit hingga beras lunak dan bubur mengental.
• Setelah bubur mengental, tambahkan sisa santan dan garam secukupnya. Aduk rata dan biarkan tercampur sempurna.
• Ambil sebagian bubur untuk bubur putih. Pisahkan sekitar 1/5 dari jumlah total bubur yang telah dimasak.Rebus gula merah, gula pasir, dan satu lembar daun pandan dengan sedikit air hingga larut.
• Saring larutan gula dan tambahkan ke bubur yang masih dalam panci.
Aduk hingga rata dan koreksi rasa sesuai selera manis.
• Sajikan bubur merah putih dalam mangkuk kecil bersama potongan daun pandan sebagai hiasan.
Semoga bermanfaat ya, teman-teman.
(Sumber IDN Times, Detik)
wkwkwk bener2 cocok banget nih bubur dihidangkan pas 17an, warna merah putihnya udah mewakili semangatnya :D
BalasHapusBener banget kak. Melambangkan suci & berani 😊
Hapus