Benarkah Memaafkan itu Mudah?

Unsplash

"Setiap manusia di dunia pasti pernah sakit hati, hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan..."
Mengutip dari lagu Sherina di Petualangan Sherina, ketika ada orang yang berbuat salah dan membuat kita sakit hati sebaiknya kita bisa memaafkan. 
Benarkah memaafkan itu mudah?

Ketika berbuat salah entah disengaja atau tidak, memang sebaiknya kita meminta maaf. Tapi memang ada orang yang mempunyai karakter susah sekali untuk meminta maaf walau sudah berbuat kesalahan. Entah mungkin gengsi atau memang tidak merasa bersalah.
Jadi aku sangat menghargai sekali jika ada teman atau siapa pun yang meminta maaf jika bersalah. 
Bila ada yang sudah meminta maaf apakah dimaafkan?
Kalau aku iya, selalu berusaha untuk memaafkan. Karena dengan memaafkan akan memberikan kelegaan untuk diri kita sendiri dan melangkah juga terasa lebih ringan.

Tak bisa dipungkiri dalam kehidupan mungkin kita akan bertemu orang-orang  yang ngeselin atau bahkan bikin sakit hati. Entah keluarga, saudara, atau teman. 
Dulu ada salah seorang kerabat yang kata-kata dan perbuatannya selalu bikin jengkel juga membuatku sakit hati. Itu berlangsung lumayan lama. Terus terang perbuatannya sangat menyakitkan, merugikan bahkan seperti mempermalukan aku dan keluargaku. Tentu aku sangat sakit hati. Apalagi beliau ini seperti tidak merasa bersalah dan tak pernah meminta maaf.
Aku males banget kalau acara keluarga karen bakal bertemu beliau ini. Kalau terlanjur ketemu ya udah aku diam saja, tapi menahan emosi. Karena aku buka type orang yang bisa nyolot sama orang jadi aku hanya bisa memendamnya.
Itu berlangsung lama, mungkin lebih dari satu tahun.

Semakin lama aku berpikir kenapa aku begini?
Kan aku juga yang rugi, menahan kesal, sakit hati dan amarah.
Perlahan aku mulai menenangkan diriku sendiri. 
Aku gak akan sakit hati jika gak mengijinkan rasa sakit itu hinggap di hati. Aku juga gak mau benci sama siapa pun. 
Aku mulai menata hati, belajar memaafkan walau orang tersebut gak pernah minta maaf.
Karena aku gak mau ada yang mengganjal di hati, gak mau ada rasa kesal dan sakit hati. 

Memang butuh proses untuk memaafkan seseorang yang sudah menyakiti kita. Tak apa-apa, nikmati prosesnya karena itu akan mendewasakan kita.
Rasa sakit hati dan benci adalah sampah dalam tubuh dan sampah harus dibuang, kan supaya bersih serta nyaman.

Berjalan seiring waktu aku mulai bisa memaafkan beliau. Walau kadang saat ini masih ada kata-kata yang kurang mengenakkan keluar dari mulut beliau aku hanya tersenyum saja.
Kata-kata buruk tak akan menyakitiku jika aku tak mengijinkannya masuk ke hati.
Yang tak perlu disimpan di hati, jangan simpan di hati. Buang saja, untuk kesehatan mental kita.
Apalagi sekarang aku sudah berumur 40 tahun lebih, harus benar-benar menjaga kesehatan. Tak hanya kesehatan badan namun juga kesehatan mental.

Aku teringat kejadian belasan tahun lalu. Aku mempunyai tetangga yang dulu baik tiba-tiba berubah jadi jutek banget. Gak ngerti juga kenapa. Tapi aku tetap berusaha bersikap baik, walau dia dan keluarganya berubah jadi sinis.
Beberapa bulan berlalu, tetangga yang care sama aku cerita kalau si tetangga jutek itu berkata buruk tentangku ke tetangga-tetangga yang lain. Dia menyebar fitnah yang gak pernah aku lakukan.
Trus kupikir kenapa dia yang nyebar fitnah, dia jutek juga. Apa dia pernah kesel sama aku, tapi soal apa?
Kemudian beberapa tetangga lainnya juga cerita hal yang sama, tentang fitnah yang disebar tetangga tersebut.
Aku hanya menghela nafas panjang.
Karena aku tak merasa melakukan hal buruk itu, aku bersikap biasa saja dan tetap berusaha tenang. Kalau bertemu aku tetap menyapa tetanggaku yang jutek itu.
Aku menganggap seperti tak terjadi apa-apa. Biar saja, asal bukan aku yang melakukan fitnah dan berbuat buruk.
Walau tetangga tersebut tak pernah meminta maaf, namun aku memaafkannya. 
Aku berpikir ini adalah ujian dari Allah supaya aku jadi lebih baik dan mungkin mau naik kelas lagi. Aku berusaha berpikir yang baik-baik saja.
Aku juga terus berbenah diri termasuk dalam hal memaafkan. Memang bukan hal yang mudah, semua butuh proses. 
Beruntungnya suamiku yang selalu jadi tempat keluh kesahku, teman curhat segala suasana dan teman berdiskusi selalu siap mendengarkan segala ceritaku. Ya, dengan kita bercerita apa yang kita rasakan bisa mengurangi beban atau masalah yang sedang kita hadapi terasa lebih ringan.

Dengan memaafkan orang lain juga dapat memberikan insight positif untuk diri kita, antara lain;

1. Mengatur emosi lebih baik lagi
Enggan memaafkan akan membuat seseorang berada pada fase marah berlebihan sehingga sulit mengontrol emosi. Ini juga bisa menimbulkan risiko tekanan darah tinggi.
Ini akan berbeda jika rasa marah tersebut bisa diredam dan bisa digantikan oleh belajar memaafkan.
Proses ini akan membantu kita dalam mengontrol emosi lebih baik yang tentunya sehat untuk tubuh kita.

2. Meningkatkan kesehatan mental kita
Studi yang dilakukan oleh Annals of Behavioral Medicine menjelaskan kalau memaafkan akan membuat tubuh lebih rileks. Hal ini akan mengurangi risiko stres serta perasaan terteka, sehingga pada akhirnya proses memaafkan pun dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang.

3. Membantu menjaga kesehatan jantung
Seseorang yang menyimpan dendam karena enggan memaafkan cenderung mudah emosi. Keadaan ini juga bisa menyebabkan otot-otot tubuh menjadi tegang hingga detak jantung tidak beraturan.
Rasa dendam serta amarah juga selalu dikaitkan dengan tekanan darah tinggi yang tidak baik untuk jantung.
Sebaliknya dengan memaafkan bisa membuat tubuh rileks sehingga bisa membantu menjaga kesehatan jantung dengan baik.

4. Meningkatkan kualitas tidur
Memaafkan dapat mengurangi efek negatif dari amarah dan emosi yang berlebihan karena suatu hal.
Proses memaafkan dapat menjadi sarana relaksasi yang mengurangi tingkat stres, sehingga pada akhirnya ini juga berpengaruh pada pemenuhan kualitas tidur yang lebih baik. Mengingat tingkat stres yang tinggi kerap dikaitkan dengan masalah tidur seperti insomnia atau pun hipersomnia.

5. Menghargai dan mencintai diri sendiri
Orang yang bisa memaafkan orang lain cenderung lebih mudah untuk memaafkan diri sendiri. Hal juga bisa menjadi salah satu bentuk kita mencintai diri sendiri 
Dengan menghargai serta mencintai diri sendiri secara tidak langsung kesehatan mental dan fisik pun terjaga dengan baik.







10 komentar:

  1. Saya akui memaafkan itu tidak mudah. Tapi justru memang lebih mudah memaafkan daripada melupakan. Apalagi kalau dengan orang dekat, serba salah walau udah memaafkan tapi kesakitan yang dibuat tetap terasa lho...

    BalasHapus
  2. Memaafkan memang tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi jika kasusnya cukup berat, menyeret harga diri, dan membuat kita menanggung malu yang teramat sangat. Ok lah dalam satu waktu kita akhirnya bisa memberikan maaf. Tapi yang mungkin tak terbantahkan adalah soal melupakan. Karena dinding yang sudah terpaku lalu dicabut, selalu meninggalkan bekas yang meski sudah ditambal, tak akan kembali seperti semua.

    Namun sebagai manusia biasa, memaafkan tentunya adalah menjaga emosi jiwa, agar hidup kita tenang, tidak berpikir terlalu berlarut-larut. Bisa pastinya meski harus berdamai dengan waktu dan diri sendiri.

    BalasHapus
  3. Katanya memaafkan mudah, tetapi melupakan yang sulit. Haha...
    Apalagi kalau kezal atau marah banget dengan seseorang, jarang yang bisa ringan dan ikhlas memaafkan deh...

    BalasHapus
  4. Kalau dari yang udah pernah dirasakan, mengatakan memaafkan sih memang mudah, tapi melupakannya itu yang butuh perjuangan dan waktu, rasa sakitnya itu kayak luka yang kena tetesan jeruk nipis, hehehe.
    Tapi, demi kesehatan sendiri kalau saya sekarang ini memilih lebih baik jaga hati jangan sampai mudah sakit hati agar gak terluka dan memamafkan jg jadi mudah. Tambahan penyemangatnya, Tuhan aja Maha Pema'af.

    BalasHapus
  5. Bagi saya, memaafkan lebih mudah daripada melupakan. Tapi, kalau sampai sulit melupakan biasanya masalahnya udah pelik. Kalau receh sih saya cuekin aja. :D

    BalasHapus
  6. aku pernah ngerasain ini sampai muncul trauma, tapi ketika aku memaafkan diri sendri terlebih dahulu, aku jadi bisa memaafkan kesalahan orang lain

    BalasHapus
  7. Saya ga tau apakah karakter pemaaf ini bisa diturunkan atau dipengaruhi juga oleh lingkungan. Karena aku sedari kecil melihat ortu (terutama Ibuku) yang mudah memaafkan, jadinya kok akunya juga sama. Tapi kebalikannya, suamiku tipe yang tak mudah memaafkan eh ortu dan keluarga besarnya begitu juga...hm

    BalasHapus
  8. tergantung sih, kasus per kasus
    beruntung sebagai muslim kita diwajibkan gak boleh marahan lebih dari 3 hari ya?
    Sehingga akhirnya mudah memaafkan, walau awalnya pasti susah

    BalasHapus
  9. Mungkin kalau saya pribadi bisa memaafkan tapi kadang kalau keinget lagi masih ada perasaan gimana gitu, maksudnya susah buat lupanya.

    BalasHapus
  10. Dulu aku kalo ada tetangga yang jutek, nggak bisa tidur siang malam kepikiran salahku apa. Tapi sekarang udah bodo amat. Sekarang udah nggak terlalu mikirin hal seperti itu karena banyak hal penting lain yang lebih bermanfaat dan mendesak buat dipikirkan.

    BalasHapus

* Komentar yang mengandung unsur SARA, provokasi, judi & pornoaksi tidak akan ditampilkan.
Terimakasih sudah memberikan komentar yang baik :)