Menurutku budaya atau kebiasaan yang paling lekat di masyarakat Indonesia adalah gotong royong. Hampir semua suku di Indonesia lekat dengan kebiasaan bergotong royong.
Gotong royong adalah karakter asli bangsa Indonesia. Sejak jaman dahulu
bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sangat mencintai kedamaian dan
kebersamaan dalam berkehidupan, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok yang jauh lebih besar.
Sejak kecil aku juga sudah terbiasa dengan kebiasaan masyarakat bergoyong royong.
Dulu aku tinggal di sebuah gang kecil yang bila lurus ke timur akan tembus dengan area TPU. Dan di dekat TPU ada sebuah keluarga kecil yang tinggal di sebuah gubuk yang sangat sederhana. Namanya Mak Rah, ia seorang janda yang sudah tua tinggal bersama seorang anak perempuannya dan juga cucu perempuannya. Pekerjaannya sebagai buruh cuci dengan penghasilan yang hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Saat itu di daerah tempat tinggalku sering terjadi angin ribut. Dan rumah Mak Rah yang sangat sederhana itu nyaris roboh terkena angin kencang.
Atas kesepakatan bersama warga membangun sebuah rumah yang lebih layak untuk Mak Rah secara bergotong royong.
Begitu juga saat jalan di gang rumahku rusak parah saat musim hujan tiba. Masyarakat juga secara bergotong royong membetulkan jalan gang. Hingga saat musim hujan tiba jalan tetap bisa dilewati seperti biasa.
Kebiasaan bergotong royong juga masih kudapati saat aku pindah di perumahan yang aku tinggali sekarang ini. Warga perumahan setiap sebulan sekali bergotong royong membersihkan lingkungan perumahan agar selalu terlihat bersih & rapi. Hhmm..indah sekali ya kebersamaan itu..
Lebih indah lagi bila kegiatan sosial saeperti ini terus dipelihara dan dikembangkan.
Tapi sayangnya tidak semua orang mau bergotong royong. Temanku yang tinggal di kota besar mengeluhkan hal ini. Dia dulu satu kota denganku, terbiasa dengan lingkungan yang selalu mengutamakan kebersamaan dan selalu begotong royong. Tapi kini temanku harus menghadapi hal yang sangat berbeda. Dia bercerita di lingkungan tempat tinggalnya saat ini kurang sekali kegiatan bersama. Misalnya bila musim hujan tiba orang-orang lebih memilih mengupah tukang untuk membersihkan got daripada bergotong royong membersihkan lingkungan bersama.
Ya memang sih lebih praktis daripada capek mending nyuruh tukang aja ya bersihiin got..
Tapi coba deh bayangkan..bila semua orang berpendapat demikian, tak mau bergotong royong bersama-sama membersihkan lingkungan tempat tinggalnya. Semua akan terbiasa bersikap individual tak mau tahu tentang orang lain. Emang gue pikirin..yang penting rumah gue bersih beres kaann...Duit gue banyak gue bisa nyuruh orang atau apa aja yang gue pengen bisa beli.
Hhmm..tapi tahu gak ada saat-saat kita membutuhkan orang lain yang kita gak akan pernah tahu kapan kita membutuhkan bantuan orang lain.
Dulu saat nenekku tiba-tiba jatuh sakit saat aku sendirian di rumah. Semua sedang keluar kota. Saat itu hujan deras dan aku hanya berdua dengan nenekku. Dan yang menolongku saat itu siapa lagi kalau bukan para tetangga. Mereka membantuku membawa nenek ke rumah sakit.
Begitu juga saat nenekku meninggal dunia para tetangga bergotong royong membantu proses pemakaman nenekku. Bayangkan kalau tak ada tetangga yang membantu, pasti akan sangat repot dan sangat melelahkan mengerjakan semuanya sendiri. Tapi aku sangat bersyukur sekali tinggal di lingkungan yang sangat peduli dan mementingkan kebersamaan.
Semoga budaya gotong royong yang lekat di kehidupan masyarakat Indonesia ini tak terkikis oleh jaman. Karena pada intinya manusia tak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain sebagai kodratnya menjadi makhluk sosial.