Setelah acara halal bihalal keluarga besar dari pak suami di Banyuwangi, kami melanjutkan jalan-jalan ke Gunung Bromo.
Ini untuk pertama kalinya aku ke Bromo dan tanpa persiapan. Gak bawa jaket tebal juga. Sempat dipinjemin jaket sama adik ipar, tapi jaketnya ketinggalan di mobil waktu kami sudah berangkat naik Jeep naik ke Bromo. Yaah begitulah aku kedinginan di Bromo hehehe..

Yang ada di benakku waktu ke Bromo adalah Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies. Pasti teman-teman sudah tahu dong kalau 2 nama tempat ini sangat identik dengan Bromo. Tapi tahu gak sih, kala ternyata nama-nama tersebut sudah berubah?
Sopir Jeep menginformasikan pada kami kalau sekarang namanya bukan bukit Teletubbies lagi, tapi berubah jadi Bukit Watangan. Dan tak hanya bukit Teletubbies saja yang berubah nama, namun ada beberapa tempat lagi yang berubah namanya.
Berikut nama-nama spot wisata Bromo yang diganti dengan bahasa lokal:
1. Bukit Teletubbies menjadi Lembah Watangan
Nama asli ini berasal dari sejarah wilayah tersebut yang dahulu merupakan dataran rendah yang ditumbuhi pepohonan vegetasi asli Tengger. Pohon-pohon di sana sangat terjaga hingga akhirnya roboh dengan sendirinya. Kata "Watangan" merujuk pada banyaknya pohon (watang) yang roboh di lokasi tersebut.
2. Bukit Cinta menjadi Lemah Pasar
Nama Lemah Pasar, yang aslinya adalah Pasar Agung, merujuk pada tempat di mana kebutuhan upacara adat dipenuhi. Spot ini memiliki peran penting dalam kehidupan ritual masyarakat Tengger.
3. Bukit Kingkong menjadi Bukit Kedaluh
Nama Kedaluh berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu "Kada" yang berarti merindukan dan "Luh" yang berarti pemberi hujan atau Dewa Indra. Oleh karena itu, Bukit Kedaluh memiliki makna merindukan pemberi hujan atau Dewa Indra, yang diharapkan membawa kesuburan bagi wilayah Tengger.
4. Pasir Berbisik/Laut Pasir menjadi Pusung Gedhe
Sebenarnya nama asli tempat ini memang Pusung Gedhe, namun lebih populer dengan sebutan Pasir Berbisik sejak dijadikan tempat syuting film Pasir Berbisik yang dibintangi Dian Sastrowardoyo.
Saat ini Pasir Berbisik telah berganti nama menjadi Pusung Gedhe.
Kenapa ada pergantian nama spot wisata di Bromo?
Pergantian nama spot wisata di Bromo dilakukan dengan tujuan utama untuk melestarikan dan menghormati budaya serta adat istiadat Suku Tengger yang telah hidup dan berkembang di kawasan tersebut selama berabad-abad.
Dengan digunakannya lagi nama-nama lokal merupakan bagian dari warisan budaya yang kaya dan mengandung nilai-nilai historis yang penting bagi masyarakat Tengger.
Alasan di Balik Pergantian Nama
• Pelestarian Budaya Lokal
Nama-nama asing yang digunakan sebelumnya cenderung mengaburkan identitas dan sejarah asli tempat-tempat tersebut. Mengembalikan nama-nama lokal membantu menjaga dan mempromosikan kekayaan budaya Suku Tengger kepada pengunjung dan generasi mendatang.
• Menghidupkan Kembali Identitas Lokal
Pergantian nama ini juga bertujuan untuk mengembalikan identitas lokal yang mungkin mulai terlupakan karena pengaruh nama-nama yang lebih populer secara komersial. Ini diharapkan dapat memperkuat kebanggaan masyarakat Tengger terhadap warisan budaya mereka.
• Menghormati Warisan Leluhur
Nama-nama asli seperti "Lembah Watangan," "Lemah Pasar," dan "Bukit Kedaluh" memiliki makna yang dalam dan terkait erat dengan tradisi serta kepercayaan masyarakat Tengger. Dengan menggunakan kembali nama-nama ini, masyarakat dan pengelola wisata berupaya menghormati leluhur dan sejarah mereka.
• Edukasi untuk Pengunjung
Dengan menggunakan nama-nama lokal, pengunjung diharapkan dapat belajar lebih banyak tentang sejarah dan budaya Tengger, meningkatkan apresiasi mereka terhadap warisan budaya setempat dan memperdalam pengalaman wisata mereka.
Dilansir dari akun media resmi Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS), bahwa perubahan nama spot wisata populer tersebut dilakukan sebagai wujud pelestarian adat dan budaya masyarakat Tengger.
BBTN Bromo Tengger Semeru bersama Romo Dukun Tengger dan Tokoh Masyarakat Tengger, telah bersepakat mengembalikan penamaan spot/lokasi wisata di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang sesuai dengan nama lokal sebagai wujud pelestarian adat dan budaya Tengger.
Kebijakan perubahan nama tersebut sudah dimulai BBTN BTS sejak Agustus 2024. Selain itu pihak BBTNBTS juga membangun papan informasi sebagai petunjuk.
Papan nama yang biasa dikenal dengan Love Hill atau Bukit Cinta telah berganti menjadi Lemah Pasar sejak 18 Oktober 2024. Penggantian ini juga disertai dengan penambahan papan informasi terkait Lemah Pasar dan juga Bukit Kedaluh.
Dengan adanya informasi ini para pengunjung tidak bingung untuk memilih site di sistem booking online wisata gunung Bromo.
Langkah ini menunjukkan komitmen masyarakat dan pengelola kawasan Bromo dalam menjaga kekayaan budaya lokal di tengah arus globalisasi dan komersialisasi pariwisata.
Semoga dengan mengusung jargon Harmoni Konservasi Alam dan Budaya, nilai sejarah dan memiliki kultural historis masyarakat tengger semakin terjaga.
Terima kasih infonya. Baru tau bukit Teletubbies ini, terinspirasi dari film anak Teletubbies yang bukitnya mirip di Bromo
BalasHapusWah, keren banget upaya penggantian nama ini. Tapi iya sih yaa, dengan penggunaan istilah yang jauh dari istilah yang telah lahir sejak jaman dahulu akan semakin menjauhkan budaya yang telah ada sejak dulu.
BalasHapusWah dapat langit bagus banget tu kak..Saya ke Bromo Februari lalu dan....hujan hehehe. Saya salut dengan penggantian nama ini, jadi lebih indah saya rasa. Plus mencerminkan kearifan lokal :)
BalasHapusHmm memang bagus ya penggantian nama ini, untuk edukasi dan menghormati warisan leluhur. Kita juga jadi tahu maknanya yang begitu dalam. Tapi tentu saja Bromo-nya tetap cantik ya mbak.
BalasHapusNama-nama semacam Bukit Teletubbies itu sepertinya penamaan spontan oleh penduduk sekitar atau pengunjung. Soalnya di sekitar Garut juga ada tempat yang bernama Bukit Teletubbies juga. Saking tenarnya acara anak-anak itu dulu, jadi tiap melihat bukit bawaannya langsung teringat Teletubbies.
BalasHapusmungkin biar lebih akrab terdengar masyarakat Indonesia khususnya Indonesia, padahal dinamain teletubbies juga sebenernya karena mirip yang di filmnya aja ya
BalasHapusBener banget ya, kadang kita nggak sadar kalau tempat-tempat wisata terkenal itu punya cerita panjang dan makna mendalam di balik nama-namanya. Pergantian nama spot wisata di Gunung Bromo ini jelas banget bukan cuma soal perubahan label, tapi lebih tentang menghormati dan melestarikan budaya lokal. Nama-nama seperti Lembah Watangan atau Bukit Kedaluh ini bukan cuma sebutan biasa, tapi mengandung sejarah dan filosofi yang kaya, yang pastinya punya arti mendalam bagi masyarakat Tengger.
BalasHapusSebenarnya nama seperti bukit teletubis sudah tertancap di banyak memori orang² tapi ya kembali lagi kalo dirasa nama mama itu kurang mendukung budaya lokal ya fine kalo disesuaikan
BalasHapus