
Tino Sidin (lahir di Tebingtinggi, Sumatera Utara, 25 November 1925 – meninggal di Jakarta, 29 Desember 1995 pada umur 70 tahun) adalah seorang pelukis dan guru gambar yang terkenal dengan acaranya di stasiun TVRI era 80-an, yaitu Gemar Menggambar.
Dalam acara ini "pak Tino" mengajar anak-anak bahwa menggambar itu
mudah, dan merupakan perpaduan dari garis-garis lurus dan garis-garis
lengkung. Pada akhir setiap acara beliau menunjukkan gambar-gambar yang
dikirim oleh pemirsanya dan kemudian menambahkan komentar yang sangat
dikenal, "Bagus!"
Mengingat almarhum pelukis Tino Sidin sudah tentu banyak yang
tertarik untuk mengetahui karyanya. Karena selama ini almarhum lebih
dikenal sebagai penyayang anak-anak, sehingga ketika mengasuh Program
Gemar Menggambar di TVRI pada masanya tidak pernah ada lukisan anak-anak
yang dinilai jelek, semuanya bagus.
Di balik kemurahan hatinya, ternyata pelukis pemurah ini juga masih
meninggalkan karyanya, paling tidak seperti yang dipamerkan dalam sebuah
pameran seni rupa di Kota Malang. Sejumlah 14 karya Tino Sidin memberi
semangat baru dalam dunia seni rupa di Malang yang belakangan ini
berkembang lebih baik dengan ditandai banyak berdirinya galeri-galeri
seni rupa.
Pameran itu diselenggarakan Yayasan Bani Malik Fadjar (BMF) di
Sanggar Seni Rupa BMF Malang, 19 hingga 24 Agustus nanti. Dosen Fakultas
Sastra Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Malang (UM) Mistaram
sebagai kurator lukisan dalam pameran tersebut, mengatakan, Tino Sidin
memiliki kekuatan dalam menggoreskan lukisan sketsa.
Sosok Pak Tino Sidin dengan ketegasan goresan lukisan sketsa itu,
sebenarnya lebih diagungkan karena komitmennya terhadap upaya
menumbuhkan kegemaran melukis pada anak-anak. Ia telah dikenal publik
melalui Program Gemar Menggambar di Stasiun TVRI Yogyakarta pada mulanya
(1976-1978), dan dilanjutkan di TVRI Jakarta untuk program serupa
hingga beberapa tahun.
Entah sampai berapa ribu kali Tino Sidin selalu berkata "Bagus",
setiap kali memuji sebuah lukisan anak-anak yang dikirimkan kepadanya
dalam membawakan Program Gemar menggambar di TVRI. Seolah baginya di
dunia ini tak ada lukisan anak-anak yang buruk. Dunia pujian untuk
sebuah keindahan polos dari karya anak-anak telah ia kumandangkan.
Itulah yang sulit didapat sekarang. Belum terlihat ada orang yang
ambil peduli dengan anak-anak seperti Tino Sidin ini melalui media dunia
lukis.
Tino Sidin yang tumbuh dalam wahana seni rupa di Yogyakarta, lahir di
Tebingtinggi, Sumatera Utara, pada 25 November 1925. Ia tutup usia
tepat pada usia sekitar 70 tahun, yaitu 29 Desember 1995 di Rumah Sakit
Dharmais, Jakarta. Namun, ia memilih untuk dimakamkan di Pemakaman
Kwaron, Desa Ngestiharjo, Bantul, Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta.
Sebab, pemakaman itu terletak tak jauh dari keluarganya yang menetap di
Kampung Kadipiro yang berada di Yogyakarta bagian barat.
Kecintaan dan kelembutan dalam dunia pujian dengan anak-anak yang
diwujudkan dalam wahana mengumandangkan kegemaran melukis itu, ternyata
didasari oleh latar belakang yang bertolak belakang. Latar belakang pada
masa-masa revolusi kemerdekaan telah membuat Tino Sidin ikut berjuang
dalam situasi kekerasan yang jauh berbeda dengan masa-masa kedekatannya
dengan anak-anak melalui seni lukis.
Tino Sidin pernah ikut bertempur dalam perang revolusi kemerdekaan
dengan menjadi anggota Polisi Tentara Divisi Gajah Dua Tebingtinggi
(1945). Dan, sebelumnya (1944-1945) ia memegang jabatan Kepala Bagian
Poster Kantor Penerangan Jepang di Tebingtinggi.
Selanjutnya, masa-masa pergerakan revolusi setelah kemerdekaan, Tino
Sidin tidak hanya bertahan di tanah kelahirannya saja. Pada tahun 1946
hingga 1949 ia bergabung menjadi anggota Tentara Pelajar Brigade 17
Yogyakarta mempertahankan kemerdekaan RI. Hingga pada akhirnya, ia hidup
dalam romantika yang berjauhan dengan dunia kekerasan, yaitu dunia seni
lukis.
Apalagi ia bersentuhan erat dengan dunia anak-anak yang ia dorong
agar gemar melukis. Kini, sangat dibutuhkan Tino Sidin-Tino Sidin dari
generasi yang ada untuk mengikuti jejaknya, agar dunia pujian anak-anak
melalui dunia seni lukis mampu membentuk karakter yang bermoral untuk
memberi nuansa keindahan di segala bidang.
saya pernah sekali kirim gambar pake pensil dikirim ke acara pak Tino Sidin. ditayangkaaan. walahhh, rasane banggaaaa banget dibilang "bagus".
BalasHapuswaah gambarnya pernah dimuat di acr pak tino sidin yaa..aku jg pengen bgt wkt itu..tp gk ngerti gmn caranya :))
Hapuswah, jadi ingat jaman SD yg cumannya nonton TVRI yang hitam putih. Yg paling teringat dari Pak Tino Sidin ada topi dan kacamatanya yg khas :)
BalasHapusDulu saya salah satu penggemar Pak Tino Sidin, Mbak. Senang banget mendengar komentar-komentarnya terhadap gambar-gambar yg dia terima dari seluruh Indonesia.Aura pendidikan dari suaranya kental banget :)
BalasHapus