Belajar Budaya Lewat Musik Bersama Merajut Indonesia dan Musikus Joko Elisanto

Halo, apa kabar teman-teman? Semoga semua sehat selalu ya. Apalagi situasi masih kayak gini, pandemi belum berakhir. Gak boleh kendor prokesnya. Jangan lupa pakai masker, rajin mencuci tangan dan hindari kerumunan Kalau gak ada hal penting sebaiknya di rumah aja. Karena ada banyak hal yang bisa dilakukan di rumah, lho. Menulis, memasak, membaca buku atau mendengarkan musik.
Nah, yang terkahir ini aku suka banget.


Aku mengenal musik dari almarhum Bapak. Bapakku seorang pemusik. Jadi sejak kecil aku dan kakak-kakakku sudah terbiasa dengan musik. Lagu jenis apa aja oke.
Karena dulu setiap pagi aku biasa mendengarkan musik yang disetel Bapak melalui tape recoder. Mulai lagu keroncong, pop, gending jawa, sampai lagu rock.
Bahkan Bapak juga sering memperdengarkan lagu-lagu daerah untuk anak-anaknya.
Pokoknya musik tuh sudah menjadi bagian hidupku.
Jadi ketika ada acara IG Live Bincang MIMDAN #3 yang dipandu Evi Sri Rejeki, dengan tema Belajar Budaya Lewat Musik bersama PANDI {Pengelola Nama Domain Online) tanggal 27 Januari lalu, aku langsung pantengin acaranya.

Bincang Mimdan kali ini menghadirkan narasumber Joko Elisanto, beliau adalah musikus sekaligus pencipta lagu tema Merajut Nusantara.
Perbincangan melalui IG Live ini sangat menarik dan berbobot. Banyak ilmu yang bisa didapatkan dari acara ini.
Mas Joko Elisanto sangat peduli pada kelestarian budaya Indonesia.
Untuk tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia, Mas Joko memilih jalur musik.
Musik sendiri merupakan komponen dari budaya, serta bersifat universal. 
Nah. setiap tanggal 21 Februari ternyata diperingati sebagai hari Bahasa Ibu Internasional. Ini juga sebagai pengingat untuk kita kalau budaya dan musik adalah satu kesatuaan yang tak bisa dipisahkan.
Contoh sederhana aja, karena aku tinggal di Jawa Timur dan terbiasa menggunakan bahasa Jawa. Jadi aku juga sangat akrab dengan lagu-lagu berbahasa Jawa. Misal Gundul-gundul Pacul atau Suwe Ora Jamu.


Mas Joko Elisanto yang tinggal di Bantul, Jogyakarta ini berhasil melahirkan karya musik lokal yang akhirnya bisa mengenalkan budaya dan bahasa Jawa. Tentu saja ini gak instan, namun membutuhkan proses panjang hingga karyanya dikenal seperti sekarang.
Mas Joko menceritakan bahawa beliau dengan Geng Kobra, grup musiknya melakukan rekaman di studio sederhana dengan modal yang sangat minim. Lalu mereka juga mendatangi ribuan label minor yang ada di Jogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur supaya lagunya bisa didengar masyarakat.

Lalu darimana datangnya inspirasi Mas Joko dalam membuat lagu berisikan aksara Jawa?
Menurut Mas Joko ada dua hal yang bisa terus membuatnya menciptakan lagu lokal dengan Aksara Jawa.
Yaitu perlakuan lembut ibunya dengan bahasa ibu dan lagu-lagu berbahasa Indonesia yang dikirimkan kepadanya saat beliau menjadi seorang direktur di studio radio kecil. Dua hal ini kemudian yang melecut hati dan pikirannya untuk lebih banyak membaca aksara serta mendengarkan musik berbahasa jawa. Kemudian seiring waktu Mas Joko dapat menuliskan inspirasinya ke bentuk tulisan.

Mas Joko dengan Geng Kobra-nya dan Pandi lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) menginspirasi kita untuk terus melestarikan budaya musik di Indonesia.
Hal ini tentunya juga dapat memacu anak muda untuk terus berkarya. Apalagi sekarang teknologi semakin canggih memudahkan orang untuk berkreasi serta mengenalkan karyanya melalui media sosial, hingga bisa ditonton banyak orang.
Yuk, semangat untuk kita terus melestarikan budaya lewat musik.


13 komentar:

  1. Menarik artikelnya. Musik itu universal, bahkan bisa digunakan untuk mempelajari budaya. Bahkan banyak juga lirik lagu yang menyelipkan kearifan lokal dan pesan moral agar lebih mudah dipahami

    BalasHapus
  2. nice artikel...banyak pesan yg bisa disampaikan lewat lagu

    BalasHapus
  3. Musik merupakan sesuatu yang menyenangkan, sehingga tidak mengherankan kalau mempelajari sesuatu melalui musik pastilah tidak akan membosankan.

    BalasHapus
  4. Musik itu menyatukan perbedaan bener ga? Apalagi musik dangdut dipake pas pemilu atau pertunjukan.

    Semoga generasi muda bisa melestarikan musik tradisional jd tidak hanya musik barat saja yg di gandrungi.

    BalasHapus
  5. Terimakasih akhirnya saya mendengar 21 februari masuk hari musi, selama ini yang lebih dikenal 22 februarinya....musik jawa sangat perlu dilestarikan karena hampir tergerus dengan musik dari luar negri

    BalasHapus
  6. keren ini, semoga musik tradisional bisa tetap lestari...

    BalasHapus
  7. Lagu itu bisa mengekspresikan rasa di hati ... good job mbok

    BalasHapus
  8. Hidup music tradisional...semangattt terus bikin karya tulisan mba Enny ❤️

    BalasHapus
  9. Bagiku musik adalah penyeimbang hidup...tanpa musik...bagai sayur tanpa garam....keren artikelnya

    BalasHapus
  10. Lagu bisa menjadi teman atau penyeimbang mental disaat saat tertentu...

    Good job mak...

    BalasHapus
  11. manteb iki,nguri nguri kabudayan nuswantoro

    BalasHapus
  12. Musik bisa untuk membangun dan merusak, musik adalah bahasa universal..
    Terus semangat dalam menulis dan memberi inspirasi.
    Nice article👍👍👍👍👍

    BalasHapus
  13. bagus banget nih, musik bisa menyatukan budaya

    BalasHapus

* Komentar yang mengandung unsur SARA, provokasi, judi & pornoaksi tidak akan ditampilkan.
Terimakasih sudah memberikan komentar yang baik :)